Untidar Kenalkan Buah Sukun di Relief Borobudur saat Kuliah Umum dengan BSSA Belarusia
KOTA MAGELANG, MAGELANGEKSPRES.COM - Pahatan detail relief Candi Borobudur menarik perhatian Dekan Fakultas Pertanian Universitas Tidar (Untidar) Ir Usman Siswanto MSc PhD. Ketertarikannya terhadap bahan pokok hasil pertanian di masa keemasan Mataram Kuno itu pun ia presentasikan di sela kuliah umum secara virtual dengan tema ”Sustainable Agriculture in Indonesia and Belarus”, antara Untidar dengan Belarusian State Agricultural Academy (BSAA), Gorki, Belarus, Rabu (23/3). ”Tidak banyak yang tahu, kalau di beberapa pahatan relief Candi Borobudur terdapat pohon dan buah sukun. Saya berasumsi kalau buah sukun oleh nenek moyang kita dijadikan bahan makanan pokok, karena mengandung karbohidrat dan protein tinggi,” katanya. Usman menunjukkan sejumlah bukti pahatan relief Borobudur di acara yang dihadiri Duta Besar Republik Indonesia untuk Federasi Rusia dan Republik Belarus, Jose Tavares, Rektor, dan para pejabat BSAA Gorki, Belarus. Sukun, kata dia, sangat mudah dijadikan tepung. Bahkan, bahannya lebih halus jika dibandingkan dengan gandum. ”Bayi zaman dulu sering dikasih makan dari makanan sukun ini karena bubuknya lebih halus. Tidak mustahil jika nantinya Indonesia tidak perlu impor gandum karena sudah ada tepung sukun yang kualitasnya lebih baik,” ujarnya. Berdasarkan referensi sejarah, sukun pernah menjadi makanan pokok dari Kepulauan Polynesia, Hawaii, Filipina, dan Indonesia. Sukun disebut juga breadfruit (artocarpus). ”Kandungan protein sukun segar lebih tinggi daripada ubi kayu, kandungan karbohidratnya lebih tinggi daripada ubi jalar. Dalam bentuk bubuk, nilai gizinya lebih kurang setara dengan beras merah,” paparnya. Koordinator Penjaminan Mutu Pendidikan (LPPM-PMP) Dr Dwi Winarsih MPd menjelaskan, kerja sama Untidar dengan BSAA, sebagai salah satu universitas unggulan di Eropa Timur pada sektor agro industri ini, diharapkan dapat membuka jalan bagi Fakultas Pertanian Untidar untuk \\\'go international\\\', mengembangkan kapasitas, dan meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran. ”Kemudian juga menambah wawasan di antara keduanya, dan mengenali masing-masing cara mengolah pertanian. Seperti hasil tadi kalau di sana itu menggunakan tanah lapang atau flat, sedangkan di Indonesia mayoritas lahan pertanian berbentuk terasering,” paparnya. Sementara itu, Rektor Untidar, Prof Dr Ir Mukh Arifin MSc menjelaskan adanya kuliah umum ini merupakan tindak lanjut dari nota kesepakatan yang telah diteken di antara kedua universitas pada Januari 2022 lalu. ”Kerja sama untuk saling memahami, berbagi, mengeksplorasi isu-isu penting terutama di bidang pertanian,” katanya. Menurut dia, pertanian berkelanjutan adalah satu isu penting yang tengah menjadi persoalan dunia. Sebab, masalah ini berkaitan erat dengan pangan, kesehatan, ekonomi, dan hampir semua aspek kehidupan. ”Kebanyakan masalahnya berakar pada industrialisasi dan penerapan teknologi maju tanpa diimbangi kepedulian terhadap pelestarian sumber daya alam (SDA),” tuturnya. (wid)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: